Skip to main content

Resensi buku Antara Remaja Hijaz dan Amerika



Penerbit : Parenting Nabawiyah
Penulis : Ust. Budi ashari, Lc.

Pengantar buku ini adalah perbandingan definisi remaja versi barat dan versi al-qur'anul kariim



*Karakteristik remaja versi barat didefinisikan sebagai sosok yang (berhak) labil, mudah marah, sangat sensitif, dan striving through self-identity.
*karakteristik remaja versi Al-Qur'aanul Kariim dapat dilihat di Q.S. Ar-Ruum : 54. Sebuah periode puncak kekuatan di antara dua masa kelemahan, yaitu lemahnya anak kecil dan lemahnya orang tua.


* OOT dari buku, di dlm ceramahnya, ust budi ashari menekankan kekuatan ini tergambar dalam kuatnya fisik dan akal. Coba bandingkan waktu kita muda dan skrg, lebih mudah menangkap ilmu dulu dibandingkan skrg. Not to mention our physical energy during teenager and early 20's.
* Saat sudah jadi pemuda, seharusnya kita sudah meninggalkan segala karakteristik bocah. Bbrp karaktetistik bocah itu suka main, gak fokus, gak serius, kalo berantem suka ngadu (lemah akal). Jadi kalau skrg kita mikirnya main terus, dan klo ngeluh dikit2 ngadu (ke medsos), tandanya kita masih bocah 😂
* Balik ke buku, jelas sekali perbedaan pandangan barat dan Islam ttg remaja. Bagaimana bisa terbentuk perbedaan yg demikian tajam? Diduga perbedaan ini bermula dari sebuah penelitian di Amerika tahun 1962, yang meneliti pasien2 sakit jiwa. Banyak pasien sakit jiwa itu adalah remaja, akhirnya disimpulkan remaja memang rentan sakit jiwa. Lha ya jelas, yg diteliti pasien RS jiwa?!?!
* Lagipula tidak heran remaja Amerika saat itu demikian. Bagaimana tidak? Remaja di Amerika saat itu sudah biasa minum khamr, berpesta, dan dijejali pendidikan yg bertujuan memperoleh materi (materialisme) dan biasa dengan budaya bermaksiat.
* Sementara jika melihat profil remaja di Madinah dan Mekkah, profilnya jauh berbeda. Dr. Khalid Ahmad Asy Syantut meneliti profil remaja di keluarga menengah yang orang tuanya belajar di universitas. Mengapa populasi tsb yg dipilih? Asumsinya ortu seperti itu lebih berkomitmen menanamkan nilai2 Islam. Hasilnya, profil remaja hijaz ya baik2 saja, kooperatif dgn ortu, sehat mental, dsb.
* Menengok siroh, profil pemuda (seharusnya) memang bukan generasi labil seperti yg digembar-gemborkan Amerika. Ada Ibrahim as yg kritis dan berani menantang kaum kuffar (Q.S. Al-Anbiya : 59-69), ada pemuda ashabul kahfi yang teguh iman, bahkan ada juga kisah pemudi yaitu saudari Musa yang digambarkan amanah, bertanggung jawab, cerdas, teliti, hati2, memiliki kemampuan berkomunikasi yg baik (Q.S Thaha : 39-40), dan dua pemudi lain yaitu putri Nabi Syu'aib yg berbakti pd ortu, menjaga kehormatan, berakhlak (Q.S. Al-Qashash : 23-26), juga ada Yusuf as yg kuat menjaga diri dari godaan maksiat wanita cantik kaya (Q.S. Yusuf : 30), dsb.
* Jadi Al-Qur'an menggambarkan pemuda seharusnya memiliki karakteristik teguh tauhid, menyelamatkan agama dari fitnah, membantu ortu, soleh, mampu menolak maksiat, dan mampu menghancurkan pemimpin zalim.
* Kesimpulan, dengan pendidikan yang tepat, potensi pemuda bisa dioptimalkan.
* Bagaimana mendidik pemuda seperti itu :
1. Hidupkan nuansa ibadah
2. Ajarkan memanfaatkan waktu dgn baik
3. Ajarkan 'amanah dengan harta (mampu mengatur harta, mengembangkannya, menjaganya, memperbaiknya, baik membelanjakannya, mampu membedakan yg manfaat dan membahayakan)
4. Nikahkan ketika sudah siap (siap ilmunya, bukan hanya fisiknya!)

* Poin 1-3 dijalankan agar anak menjadi pemuda Ar-Rusyd. Biasanya Ar-Rusyd tercapai sesudah baligh. Tapi banyak juga yang sudah tua belum mencapai Ar-Rusyd.
* Pemuda Ar-Rusyd itu tinggi iman dan tauhid, istiqomah, bemanfaat, benar dan baik, pandai mengatur segala sesuatu (memiliki karakteristik manajemen yang baik).

* Pemuda didikan Islam adalah yang baligh dan memiliki Rasyid (Ar Rusyd)
* Untuk mencapai poin 4, sistematikanya banyak. Jadi bukan seperti yang kita pahami selama ini (kalau sudah mencapai usia baligh dan minta nikah, langsung kita nikahkan dgn alasan menjaga anak dari maksiat)
* Nikah itu poin besaaaaar yang menyiapkannya perlu ilmu!
* Makanya siapkan pendidikannya untuk anak (imannya, tauhidnya, pengetahuan ttg apa peran suami/istri, peran menjadi orang tua, siapkan kekuatan fisiknya, siapkan pendidikan seksualnya, siapkan kerelaan dan kesiapan menanggung taklif, dsb)
* Pendidikan seksual tidak harus vulgar. Islam memiliki tahapan/ urutan. Dimulai dari pelajaran perbedaan jenis kelamin laki2 dan perempuan. Mis. Kenalkan bahwa laki2 adalah kakek, ayah, paman. Perempuan adalah ibu, nenek, bibi. Cara berpakaian perempuan berjilbab, laki2 tidak. Letak shaf sholat, laki2 di depan jadi imam, perempuan di belakang. Subhanallaah, dengan cara tsb anak akan paham apa beda laki-laki dan perempuan, tanpa harus menunjukkan aurat. Semakin dewasa dapat diajarkan cara bersuci, dst. Bisa dijelaskan juga dgn ilustrasi dan kiasan.

* Bbrp tips lain (bisa dieksplor contoh2nya di buku dan ceramah2) seperti :
- jangan malu mengatakan tidak tahu dan maaf ketika anak bertanya
- menjelaskan dgn ilmu, bukan kira-kira.
- hati2 dgn jawaban : nanti, nak..kamu akan tahu kalau sudah besar
- bbrp pertanyaan cukup dijawab dengan "karena Allaah berkehendak demikian". Detilnya bisa dibaca di bukunya
- munculkan semangat fastabiqul khoirot
- dampingi dalam kebaikan
- beri kepercayaan dan kesempatan, agar anak menjadi mandiri
- minta anak buktikan kemampuannya
- bimbing mengenali potensi dan kemampuan mereka
- jaga anak dari kemaksiatan
- keahlian anak disosialisasikan utk da'wah (beda dgn dipamerkan). Bisa anak yg sosialisasikan, atau kita yg sosialisasikan. Ilustrasi kisah bisa dibaca di bukunya langsung.

Demikian kurang lebih resensinya. Ingat, ini hanya resensi, sebagai orang tua kita jangan mudah puas dengan ilmu yang sedikit. Ilmu mendidik anak tetap harus dipelajari dari berbagai sumber sahih utk membentuk pemahaman kita yg lebih komprehensif. Ingat juga, ilmi tdk ada gunanya tanpa amal.

Jadi, selamat berilmu dan beramal 😉
Wallahualam bishowab.

Comments

Popular posts from this blog

INSPIRASI PSIKOLOGI KONSUMEN DARI SHIROH

Selaku pemimpin Negara, Rasulullaah memperhatikan seluruh aspek yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, termasuk dalam hal membangun ekonomi ummat. Setidaknya ada dua kisah Nabi dan Sahabat (dari sekian banyak kisah yang belum fokus digali) yang menggambarkan betapa Rasulullaah dan Sahabat sudah menerapkan ilmu perilaku konsumen, berabad sebelum teori-teori Perilaku konsumen dikenalkan di perguruan tinggi. Kisah pertama, inspirasi dari pasar Manakhoh Pasar Manakhoh adalah pasar pertama yang dibangun oleh Nabiyullaah SAW. Beliau membangun pasar ini sebagai alternatif pasar yang paling terkenal saat itu, yaitu pasar bani qainuqa milik Yahudi. Pasar itu didirikan diatas tanah wakaf, oleh karena itu pedagang yang ingin berdagang di situ tidak dipungut sewa. Rasulullaah juga mensyaratkan agar pasar tidak dibangun dengan bangunan permanen. Karena menurut Nabi “Ini pasarmu, tidak boleh dipersempit (dengan mendirikan bangunan dlsb. di dalamnya) dan tidak boleh ada pajak di dalam

JADILAH ORANG TUA ISENG

Salah satu pelajaran berharga yang saya dapatkan dari perjalanan bersama keluarga ust budi tempo hari adalah saya menyaksikan betapa ustadz menunjukkan bahwa beliau "walk the talk", alias konsisten antara yang diceramahin selama ini dengan perbuatannya. Saya lihat sendiri betapa anak-anak beliau sangat dekat dengan abinya. Seperti tidak ada barrier. Anak-anaknya tidak ada rasa sungkan nyeletuk, bertanya, bahkan bercanda dengan Abinya. Si bungsu (up until now masih bungsu, gak tau deh tahun2 mendatang 😂), beberapa kali minta gendong sama abinya, dan abinya pun dengan sigap memenuhi permintaan akhwat cilik ini. Paling umminya atau kakaknya bantu abinya handle si bungsu, karena abinya sedang menjelaskan materi ke jamaah. Saya sering lihat ayah-ayah lain gusar ketika sedang bekerja atau sedang ada tamu kemudian "dirusuhi" sama anaknya. Ujung-ujungnya teriak "ummii.. nih anaknya urusin, abi lagi sibuk". Atau dengan nada agak tinggi menyuruh anaknya pergi