Skip to main content

INSPIRASI PSIKOLOGI KONSUMEN DARI SHIROH

Selaku pemimpin Negara, Rasulullaah memperhatikan seluruh aspek yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, termasuk dalam hal membangun ekonomi ummat. Setidaknya ada dua kisah Nabi dan Sahabat (dari sekian banyak kisah yang belum fokus digali) yang menggambarkan betapa Rasulullaah dan Sahabat sudah menerapkan ilmu perilaku konsumen, berabad sebelum teori-teori Perilaku konsumen dikenalkan di perguruan tinggi.

Kisah pertama, inspirasi dari pasar Manakhoh

Pasar Manakhoh adalah pasar pertama yang dibangun oleh Nabiyullaah SAW. Beliau membangun pasar ini sebagai alternatif pasar yang paling terkenal saat itu, yaitu pasar bani qainuqa milik Yahudi.

Pasar itu didirikan diatas tanah wakaf, oleh karena itu pedagang yang ingin berdagang di situ tidak dipungut sewa. Rasulullaah juga mensyaratkan agar pasar tidak dibangun dengan bangunan permanen. Karena menurut Nabi “Ini pasarmu, tidak boleh dipersempit (dengan mendirikan bangunan dlsb. di dalamnya) dan tidak boleh ada pajak di dalamnya.” (HR. Ibn Majah). Kemudian, karena pasar Rasulullaah tidak memungut sewa, harga2 produknya pun murah, penjual dari tempat lain juga berdatangan dan berjualan di sana. Rasulullaah SAW juga sering menginspeksi pasar, kalau ada penjual yang tidak jujur maka akan ditegur Rasulullaah. Karena sering dikontrol, harga-harga pasar pun terkendali dengan baik.

Hal ini menyebabkan lama kelamaan pasar Qainuqa milik Yahudi lama kelamaan hancur (karena harga tidak terkontrol, banyak penipuan, dan praktik kapitalisme berkembang..ingat karakter Kaum Yahudi yang suka khianat dan matrealisme?).. lama-kelamaan muslim lah yang menguasai ekonomi saat itu, mengalahkan Yahudi.

Dari kisah ini dapat dipetik hikmah bahwa Rasulullaah sangat memahami bagaimana menarik konsumen, mengembangkan ekonomi, dengan cara-cara yang baik. Hingga berabad abad setelahnya, pasar manakhah masih tetap jadi pusat perekonomian Islam. Apa itu artinya? Ternyata dengan menerapkan cara Islam dalam membangun pasar, tidak hanya menarik konsumen dan membangun perekonomian ummat saat itu, tapi berkahnya masih terus mengalir sampai berabad setelahnya.

Kisah kedua. Sumur Utsman
Ketika Nabi mulai hijrah ke Madinah, Nabi kesulitan menemukan sumur untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Saat itu hanya ada sumur Rumah milik seorang Yahudi, dan orang Yahudi ini tidak memberikan airnya secara gratis, melainkan dijual. Rasulullaah kemudian bersabda, "Barangsiapa membeli sumur Rumah, lalu menjadikan gayungnya bersama-sama dengan gayung kaum muslimin untuk sebuah kebaikan, maka darinya ia akan mendapat pahala di surga". Kebiasaan sahabat saat itu, kalau mendengar Rasulullaah menjanjikan surga, sebisa mungkin kesempatan itu diambil. Saat itu ada Utsman yang menyambut, kemudian membeli sumur itu. Dasar Yahudi matre dan takut miskin, dia berpikir kalau sumurnya dijual semua, lalu darimana mata pencahariannya? Akhirnya dia hanya menjual separuh sumur saja, jadi perjanjiannya antara si Yahudi dan Utsman akan memanfaatkan sumur itu berganti-gantian. Misalnya hari senin si yahudi, selasa Utsman, dst. Akhirnya sumur itu dibeli dengan harga 12 ribu dirham. Setelah berjalan, Utsman mengambil kebijakan agar hari-hari yang menjadi hak Utsman, semua orang boleh mengambil air sumur GRATIS. TIDAK USAH BAYAR. Berkat kecerdasan dan kedermawanan Utsman, ummat Islam mengambil air hanya di hari Utsman, dan tidak ada orang yang ke sumur di hari milik Yahudi. Sehingga si Yahudi kehilangan mata pencahariannya, dan bersedia menjual setengah sisa sumurnya dengan harga sangat murah.

Apa hikmah dari kedua kisah ini? Betapa memenangkan hati konsumen dan perekonomian itu sebenarnya tidak ribet..ya mungkin memang butuh sedikit modal. Orang cerdas itu mikirnya efisien dan strategis. Ditambah sensitivitas (unsur kepedulian) dan mengacu pada nilai yang baik, inshaAllaah kerja membangun peradaban dari sistem ekonomi tidak susah.

Pelajaran juga bagi kita yang belajar ilmu perilaku konsumen di perguruan tinggi... kita belajar harus bersusah payah bikin penelitian untuk mempelajari perilaku dan apa yang diinginkan konsumen. Karena memang KITA DIAJARIN BEGITU. Lihat betapa ilmuwan perilaku konsumen itu baru ngeh di tahun 1960-an melalui MARKETING CONCEPT kalo konsumen membeli itu dipengaruhi unsur motivasional dan perilaku covert lainnya.. ini yang nyadar duluan juga orang Yahudi, si Theodore Levitt (1962) di tulisannya ttg Marketing Myopia.

Sebelumnya ada PRODUCT CONCEPT, yang distimulus revolusi industri-nya Henry Ford (1908). Pada konsep ini, produsen berpikir semua konsumen itu sama aja, kalo butuh kursi ya buatkan kursi yang banyak, gak peduli itu kursi nyaman apa nggak. Gak peduli kursi itu tujuannya untuk kursi belajar, atau kursi makan, atau kursi tamu..yang penting jualannya laku. Dia gak sadar ada unsur motivasional di dalam diri konsumen ketika membeli. Sangat gak sensitif dengan kebutuhan konsumen. Bukan kebetulan juga Henry Ford itu Yahudi, dia mikirnya yang penting keuntungannya banyak, maka yang penting adalah produksi sebanyak  mungkin produk. Ya, dia Henry Ford yang sama yang berkata "Kesuksesan negara tergantung dari besaran gaji (warganya)". Kapitalis sekali bukan?

Hari ini, perekonomian kita dikuasai 9 Naga dengan gaya tidak jauh dari Yahudi.
Makin jelas ummat ini tidak menyandarkan diri pada Al-Qur'an dan sunnah. Kita belajar Perilaku Konsumen dulu sama ilmu dari Yahudi, baru belakangan belajar shirohnya. Hehe.. Jangan kebanyakan menyesal, hayo mulai belajar ilmu syari'at lagi.

Kita tambahin lagi PR kita.. Siapakah dia yang akan membangkitkan kembali pasar ala Rasulullaah SAW?

Comments

  1. VEGAS CASINO - CLOSED | Choe Cocasino
    VEGAS CASINO 카지노 in Chateau offers an unparalleled 메리트 카지노 쿠폰 travel experience on the east coast. Book your 제왕카지노 hotel room, get a beverage or make an

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Resensi buku Antara Remaja Hijaz dan Amerika

Penerbit : Parenting Nabawiyah Penulis : Ust. Budi ashari, Lc. Pengantar buku ini adalah perbandingan definisi remaja versi barat dan versi al-qur'anul kariim *Karakteristik remaja versi barat didefinisikan sebagai sosok yang (berhak) labil, mudah marah, sangat sensitif, dan striving through self-identity. *karakteristik remaja versi Al-Qur'aanul Kariim dapat dilihat di Q.S. Ar-Ruum : 54. Sebuah periode puncak kekuatan di antara dua masa kelemahan, yaitu lemahnya anak kecil dan lemahnya orang tua. * OOT dari buku, di dlm ceramahnya, ust budi ashari menekankan kekuatan ini tergambar dalam kuatnya fisik dan akal. Coba bandingkan waktu kita muda dan skrg, lebih mudah menangkap ilmu dulu dibandingkan skrg. Not to mention our physical energy during teenager and early 20's. * Saat sudah jadi pemuda, seharusnya kita sudah meninggalkan segala karakteristik bocah. Bbrp karaktetistik bocah itu suka main, gak fokus, gak serius, kalo berantem suka ngadu (lemah akal). Jadi kalau

JADILAH ORANG TUA ISENG

Salah satu pelajaran berharga yang saya dapatkan dari perjalanan bersama keluarga ust budi tempo hari adalah saya menyaksikan betapa ustadz menunjukkan bahwa beliau "walk the talk", alias konsisten antara yang diceramahin selama ini dengan perbuatannya. Saya lihat sendiri betapa anak-anak beliau sangat dekat dengan abinya. Seperti tidak ada barrier. Anak-anaknya tidak ada rasa sungkan nyeletuk, bertanya, bahkan bercanda dengan Abinya. Si bungsu (up until now masih bungsu, gak tau deh tahun2 mendatang 😂), beberapa kali minta gendong sama abinya, dan abinya pun dengan sigap memenuhi permintaan akhwat cilik ini. Paling umminya atau kakaknya bantu abinya handle si bungsu, karena abinya sedang menjelaskan materi ke jamaah. Saya sering lihat ayah-ayah lain gusar ketika sedang bekerja atau sedang ada tamu kemudian "dirusuhi" sama anaknya. Ujung-ujungnya teriak "ummii.. nih anaknya urusin, abi lagi sibuk". Atau dengan nada agak tinggi menyuruh anaknya pergi